Archive for Juni 8, 2012


Yahudi Dalam Sunnah; Dasar Pijakan Umat Islam Membenci Zionis Israel

(Oleh: Badrul Tamam)
Al-Qur’an sangat kaya dengan kisah Yahudi. Al-Qur’an menyingkap hal ihwal mereka. Hampir seluruhnya berisi tentang kekafiran, kefasikan, kezaliman, kedurhakaan dan sifat buruk. Hal ini hendaknya menjadi pelajaran umat Islam yang beriman kepada Al-Qur’an, Yahudi benar-benar harus diwaspadai. [Baca: Yahudi Dalam Al-Qur’an; Dasar Pijakan Umat Islam Benci Zionis Israel]
Sesungguhnya Yahudi tidak pernah ridha dan rela terhadap Umat Islam.

Mereka senang melihat penderitaan kaum muslimin. Contohnya nyatanya di Gaza, Palestina. Dalam kondisi kelaparan, kekurangan air, dan kehilangan tempat tinggal serta terancam berbagai penyakit, Yahudi tetap kekeh menghalangi setiap upaya bantuan untuk mereka. Hal ini menunjukkan bahwa Yahudi benar-benar menunggu saat kematian dan kehancuran muslimin Gaza secara pelan-pelan, agar mereka bisa menyaksikan detik demi detik penderitaan kaum muslimin.

Bukan hanya Al-Qur’an saja. Sunnah Nabawiyah juga merekam hakikat Yahudi. Yakni tentang keburukan dan kedengkian mereka kepada kaum muslimin. Kita harus waspada. Jangan jadikan mereka teman setia. Karena permusuhan mereka tak akan pernah berhenti terhadap umat Islam.
Berikut ini sebagian keterangan sunnah tentang kaum yahudi:
1. Yahudi adalah orang-orang yang dimurkai Allah.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda dalam menerangkan firman Allah Ta’ala,
صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلا الضَّالِّينَ
(Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. Al-fatihah: 7) Yahudi adalah orang yang dimurkai, sedangkan Nashrani adalah orang yang sesat.” (HR. al-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani)
2. Mereka dilaknat karena membuat-buat kilah dalam urusan agama (mengakali syariat) dan menghalalkan yang haram.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ حُرِّمَتْ عَلَيْهِمْ الشُّحُومُ فَجَمَّلُوهَا فَبَاعُوهَا
Semoga Allah melaknat Yahudi, telah diharamkan lemak hewan atas mereka namun mereka mempolesnya lalu menjualnya.” (Muttafaq ‘alaih)
3. Mereka dilaknat karena telah menjadikan kuburan-kuburan sebagai masjid.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda, “Laknat Allah turun atas orang Yahudi dan Nashrani, mereka telah menjadikan kuburan para nabi sebagai masjid.” Beliau sangat-sangat memperingatkan umatnya atas perilaku mereka.” (Muttafaq ‘alaih)
4. Mereka senantiasa memerangi Islam dan pemeluknya hingga menjelang kiamat.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقَاتِلَ الْمُسْلِمُونَ الْيَهُودَ فَيَقْتُلُهُمْ الْمُسْلِمُونَ حَتَّى يَخْتَبِئَ الْيَهُودِيُّ مِنْ وَرَاءِ الْحَجَرِ وَالشَّجَرِ فَيَقُولُ الْحَجَرُ أَوْ الشَّجَرُ يَا مُسْلِمُ يَا عَبْدَ اللَّهِ هَذَا يَهُودِيٌّ خَلْفِي فَتَعَالَ فَاقْتُلْهُ إِلَّا الْغَرْقَدَ فَإِنَّهُ مِنْ شَجَرِ الْيَهُودِ
Tidak akan terjadi kiamat sehingga kaum muslimin memerangi bangsa Yahudi, hingga kaum muslimin membunuhi Yahudi. Sampai-sampai orang Yahudi berlindung di balik batu dan pohon, lalu batu dan pohon tadi akan berbicara; ‘Wahai orang Islam, hai hamba Allah! di belakangku ada orang-orang Yahudi, kemarilah, bunuhlah dia,’ kecuali pohon Gharqad, sebab ia itu sungguh pohonnya Yahudi.” (HR. Ahmad)
Ibnu Mardawaih meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
مَا خَلاَ يَهُوْدِيٌّ قَطٌّ بِمُسْلِمٍ إِلاَّ هَمَّ بِقَتْلِهِ
Tidaklah sekali-kali orang Yahudi bertemu dengan orang Islam di tempat yang sunyi, kecuali pasti ingin membunuhnya.
5. Yahudi menjadi para pengikut Dajjal.
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,
يَتْبَعُ الدَّجَّالَ مِنْ يَهُوْدِ أَصْبَهَانَ سَبْعُوْنَ أَلْفًا عَلَيْهِمْ الطَّيَالِسَةُ
Dajjal akan diikuti oleh orang-orang Yahudi Ashbahan (sebuah kota di Iran) sebanyak 70 ribu yang memakai pakaian thayalisah (sejenis kain yang dipakai di pundak, ujungnya dari sutera).” (HR. Muslim)
Rasulullah Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam juga pernah menjelaskan tentang Dajjal, bahwa dia berasal dari kalangan Yahudi. (HR. Muslim)
Inilah hakikat sifat Yahudi sebenarnya yang tercantum dalam Sunnah Syarifah. Hendaknya orang yang ingin melihat hakikat kebenaran, berakal sehat dan selalu menyuarakan bahwa Yahudi adalah saudara kita yang tidak akan memerangi kita supaya dia berfikir ulang. Apalagi ia ikut memperingati HUT kemerdekaan negara yang mereka dirikan di atas jasad dan darah umat Islam. Apakah orang semacam ini masih dikatakan sebagai orang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam?

Maka mari kita kumandangkan permusuhan terhadap Yahudi (Zionis Israel) dan orang-orang yang loyal kepada mereka. Kita membenci dan memusuhi mereka berdasarkan petunjuk dari Al-Kitab dan Sunnah. Kita mengimani keduanya sebagai wahyu dari Rabb semesta alam. Diturunkan kepada Nabi-Nya yang paling mulia. Tidak ada kesalahan di dalamnya. Apa yang disebutkan di sana berisikan kebenaran. Karenanya tidak ada keraguan untuk memusuhi dan membenci Yahudi. Wallahu Ta’ala A’lam.

Kehancuran Israel Menurut Al-Qur’an dan Hadits

(Pimpinan Pesantren Tahfidz Al-Qur’an Anshorulloh Ciamis)

Kejahatan Yahudi

Tragedi Flotilla pekan lalu benar-benar menggetarkan hati manusia di seluruh dunia yang masih memiliki nurani kemanusiaan. Sehingga kutukan terhadap kebiadaban Israel terus mengalir dari berbagai belahan dunia. Tragedi itu menunjukkan dengan kasat mata, betapa kejahatan Israel tidak memandang agama, ras, dan nilai-nilai kemanusiaan. Pokoknya siapa saja yang menentang kebijakan Israel memblokade Gaza akan mereka serang dengan cara apa pun. Kejahatan semacam ini belum seberapa dibandingkan dengan kejahatan nenek moyang mereka terhadap para Nabi. Berikut ini sejumlah kejahatan Yahudi yang direkam oleh Al-Qur’an dan Hadits.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الْأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا

Dan telah Kami tetapkan  bagi Israil dalam al-Kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. (QS. Al-Isra: 4)

Kejahatan Yahudi disebabkan sifat dengki mereka: Baca lebih lanjut

Definisi Alquran telah dikemukakan pada halaman terdahulu dan utk mengetahui perbedaan antara definisi Alquran dgn hadis qudsi dan hadis nabawi di sini kami kemukakan dua definisi.

Hadis Nabawi Hadits dalam arti bahasa lawan dari kata qadim . Dan yg dimaksud hadis ialah tiap kata-kata yg diucapkan dan dinukil serta disampaikan oleh manusia baik kata-kata itu diperoleh melalui pendengarannya maupun wahyu; baik dalam keadaan jaga maupun dalam keadaan tidur. Dalam pengertian ini Alquran dinamakan hadis.

Hadis siapakah yg lbh benar selain dari pada Allah? {An-Nisa 87}.

Begitu pula yg terjadi pada manusia di waktu tidurnya juga dinamakan hadis.

.. dan engkau telah mengajarkan kepadaku sebagian takwil dari hadis-hadis-maksudnya mimpi. .

Adapun menurut istilah pengertian hadis ialah apa saja yg disandarkan kepada Nabi saw. baik berupa perkataan perbuatan persetujuan maupun sifat. Yang berupa perkataan seperti perkataan Nabi saw. Sesungguhnya sahnya amal itu disertai dgn niat. Dan tiap orang bergantung pada niatnya .

Yang berupa perbuatan ialah seperti ajarannya kepada para sahabat mengenai bagaimana cara mengerjakan salat kemudian ia mengatakan Salatlah seperti kamu melihat aku salat.

Juga mengenai bagaimana ia melaksanakan ibadah haji dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda Ambillah dariku manasik hajimu.

Adapun yg berupa persetujuan adl seperti ia menyetujui suatu perkara yg dilakukan salah seorang sahabat baik perkataan ataupun perbuatan; di hadapannya ataupun tidak tetapi beritanya sampai kepadanya seperti makanan biawak yg dihidangkan kepadanya. Dan persetujuannya dalam satu riwayat Rasulullah saw. mengutus orang dalam satu peperangan. Orang itu membaca suatu bacaan dalam salat yg diakhiri dgn qul huwallahu ahad. Setelah pulang mereka menyampaikan hal itu kepada Rasulullah saw. lalu Rasulullah saw. berkata Tanyakan kepadanya mengapa ia berbuat demikian? Mereka pun menanyakan dan orang itu menjawab Kalimat itu adl sifat Allah dan aku senang membacanya. Maka Rasulullah saw. menjawab Katakan kepadanya bahwa Allah pun menyenangi dia. .

Yang berupa sifat adl riwayat seperti bahwa Rasulullah saw. selalu bermuka cerah berperangai halus dan lembut tidak keras dan tidak pula kasar tidak suka berteriak keras tidak pula berbicara kotor dan tidak juga suka mencela.

Hadis Qudsi Kita telah mengetahui makna hadis secara etimologi sedangkan qudsi dinisbatkan kepada kata quds. Nisbah ini mengesankan rasa hormat krn materi kata itu sendiri menunjukkan kebersihan dan kesucian dalam arti bahasa. Maka kata taqdis berarti menyucikan Allah. Taqdis sama dgn tathir dan taqaddasa sama dgn tathahhara . Allah berfirman tentang malaikat .. padahal kami senantiasa bertasbih dgn memuji Engkau dan menyucikan Engkau .. .

Hadis qudsi adl hadis yg oleh Rasulullah saw. disandarkan kepada Allah.

Maksudnya Rasulullah saw. meriwayatkannya bahwa itu adl kalam Allah.

Maka Rasulullah saw. menjadi perawi kalam Allah ini dgn lafal dari Rasulullah saw. sendiri. Bila seseorang meriwayatkan hadis qudsi dia meriwayatkannya dari Allah dgn disandarkan kepada Allah dgn mengatakan Rasulullah saw. mengatakan mengenai apa yg diriwayatkannya dari Tuhannya atau ia mengatakan Rasulullah saw. mengatakan ‘Allah Taala telah berfirman atau berfirman Allah Taala’.

Contoh Pertama Dari Abu Hurairah dari Rasulullah saw. mengenai apa yg diriwayatkannya dari Tuhannya Tangan Allah itu penuh tidak dikurangi oleh nafakah baik di waktu malam maupun siang hari .. .

Contoh Kedua Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw. berkata Allah Taala berfirman ‘Aku menurut sangkaan hamba-Ku terhadap-Ku. Aku bersamanya bila dia menyebut-Ku di dalam dirinya maka Aku pun menyebutnya di dalam diri-Ku. Dan bila dia menyebut-Ku di kalangan orang banyak Aku pun menyebutnya di kalangan orang banyak yg lbh baik dari itu ..’. .

Perbedaan Alquran dgn Hadis Qudsi Ada beberapa perbedaan antara Alquran dgn hadis qudsi dan yg terpenting adl sebagai berikut.

1. Alquran adl kalam Allah yg diwahyukan kepada Rasulullah saw. dgn lafal-Nya dan dgn itu pula orang Arab ditantang tetapi mereka tidak mampu membuat seperti Alquran itu atau sepuluh surah yg serupa itu bahkan satu surah sekalipun. Tantangan itu tetap berlaku krn Alquran adl mukjizat yg abadi hingga hari kiamat. Adapun hadis qudsi tidak utk menantang dan tidak pula utk mukjizat.

2. Alquran hanya dinisbatkan kepada Allah sehingga dikatakan Allah Taala berfirman. Adapun hadis qudsi seperti telah dijelaskan di atas terkadang diriwayatkan dgn disandarkan kepada Allah sehingga nisbah hadis qudsi itu kepada Allah adl nisbah dibuatkan. Maka dikatakan Allah telah berfirman atau Allah berfirman. Dan terkadang pula diriwayatkan dgn disandarkan kepada Rasulullah saw. tetapi nisbahnya adl nisbah kabar krn Nabi menyampaikan hadis itu dari Allah. Maka dikatakan Rasulullah saw. mengatakan apa yg diriwayatkan dari Tuhannya.

3. Seluruh isi Alquran dinukil secara mutawatir sehingga kepastiannya mutlak. Adapun hadis-hadis qudsi kebanyakan adl kabar ahad sehingga kepastiannya masih merupakan dugaan. Adakalanya hadis itu sahih hasan dan kadang-kadang daif.

4. Alquran dari Allah baik lafal maupun maknanya. Hadis qudsi maknanya dari Allah dan lafalnya dari Rasulullah saw. Hadis qudsi ialah wahyu dalam makna tetapi bukan dalam lafal. Oleh sebab itu menurut sebagian besar ahli hadis diperbolehkan meriwayatkan hadis qudsi dgn maknanya saja.

5. Membaca Alquran merupakan ibadah krn itu ia dibaca dalam salat. Maka bacalah apa yg mudah bagimu dalam Alquran itu. .

Nilai ibadah membaca Alquran juga terdapat dalam hadis Barang siapa membaca satu huruf dari Alquran dia akan memperoleh satu kebaikan. Dan kebaikan itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak mengatakan alif laam miim itu satu huruf. Tetapi alif satu huruf laam satu huruf dan miim satu huruf. .

Adapun hadis qudsi tidak disuruh membacanya dalam salat. Allah memberikan pahala membaca hadis qudsi secara umum saja. Maka membaca hadis qudsi tidak akan memperoleh pahala seperti yg disebutkan dalam hadis mengenai membaca Alquran bahwa pada tiap huruf mendapatkan sepuluh kebaikan.

Perbedaan antara Hadis Qudsi dan Hadis Nabawi Hadis nabawi itu ada dua. Pertama tauqifi. Yang bersifat tauqifi yaitu yg kandungannya diterima oleh Rasulullah saw. dari wahyu. Lalu ia menjelaskan kepada manusia dgn kata-katanya sendiri. Bagian ini meskipun kandungannya dinisbahkan kepada Allah tetapi dari segi pembicaraan lbh layak dinisbahkan kepada Rasulullah saw. sebab kata-kata itu dinisbahkan kepada yg mengatakannya meskipun di dalamnya terdapat makna yg diterima dari pihak lain.

Kedua taufiqi. Yang bersifat taufiqi yaitu yg disimpulkan oleh Rasulullah saw. menurut pemahamannya terhadap Alquran krn ia mempunyai tugas menjelaskan Alquran atau menyimpulkannya dgn pertimbangan dan ijtihad.

Bagian kesimpulan yg bersifat ijitihad ini diperkuat oleh wahyu jika ia benar. Dan bila terdapat kesalahan di dalamnya turunlah wahyu yg membetulkannya. Bagian ini bukanlah kalam Allah secara pasti.

Dari sini jelaslah bahwa hadis nabawi dgn kedua bagiannya yg tauqifi atau yg taufiqi dgn ijtiihad yg diakui dari wahyu itu bersumber dari wahyu. Inilah makna dari firman Allah tentang Rasul-Nya Dia tidak berbicara menurut hawa nafsunya. Apa yg diucapkannya itu tidak lain hanyalah wahyu yg diturunkan kepadanya. .

Hadis qudsi itu maknanya dari Allah ia disampaikan kepada Rasulullah saw.

melalui salah satu cara penuturan wahyu sedang lafalnya dari Rasulullah saw. Inilah pendapat yg kuat. Dinisbahkannya hadis qudsi kepada Allah Taala adl nisbah mengenai isinya bukan nisbah mengenai lafalnya. Sebab seandainya hadis qudsi itu lafalnya juga dari Allah tidak ada lagi perbedaan antara hadis qudsi dan Alquran dan tentu pula gaya bahasanya menuntut utk ditantang serta membacanya pun akan dianggap ibadah.

Mengenai hal ini timbul dua macam syubhat.

Pertama bahwa hadis nabawi juga wahyu secara maknawi yg lafalnya dari Rasulullah saw. tetapi mengapa hadis nabawi tidak kita namakan juga hadis qudsi. Jawabnya adalah kita merasa pasti tentang hadis qudsi bahwa ia diturunkan maknanya dari Allah krn adanya nas syara yg menisbahkannya kepada Allah yaitu kata-kata Rasulullah saw. Allah Taala telah berfirman atau Allah Taala berfirman. Itu sebabnya kita namakan hadis itu hadis qudsi.

Hal ini berbeda dgn hadis nabawi krn hadis nabawi tidak memuat nas seperti ini. Di samping itu masing-masing isinya boleh jadi diberitahukan kepada Nabi melalui wahyu yakni secara tauqifi namun mungkin juga disimpulkan melalui ijtihad yaitu secara taufiqi. Oleh sebab itu kita namakan masing-masing dgn nabawi sebagai terminal nama yg pasti.

Seandainya kita mempunyai bukti utk membedakan mana wahyu tauqifi tentulah hadis nabawi itu kita namai pula hadis qudsi.

Kedua apabila lafal hadis qudsi itu dari Rasulullah saw. maka dgn alasan apakah hadis itu dinisbahkan kepada Allah melalui kata-kata Nabi Allah Taala telah berfirman atau Allah Taala berfirman. Jawabnya ialah bahwa hal yg demikian ini biasa terjadi dalam bahasa Arab yg menisbahkan kalam berdasarkan kandungannya bukan berdasarkan lafalnya. Misalkan ketika kita mengubah sebait syair menjadi prosa kita katakana bahwa penyair berkata demikian. Juga ketika kita menceritakan apa yg kita dengar dari seseorang kita pun mengatakan si Fulan berkata demikian. Begitu juga Alquran menceritakan tentang Musa Firaun dan sebagainya isi kata-kata mereka dgn lafal yg bukan lafal mereka dan dgn gaya bahasa yg bukan gaya bahasa mereka tetapi dinisbahkan kepada mereka.

Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa ‘Datangilah kaum yg zalim itu kaum Firaun. Mengapa mereka tidak bertakwa? Berkata Musa ‘Ya Tuahnku aku takut bahwa mereka akan mendustakan aku. Dan sempitlah dadaku dan tidak lancar lidahku maka utuslah kepada Harun. Dan aku berdosa terhadap mereka maka aku takut mereka akan membunuhku.’ Allah berfirman ‘Jangan takut {mereka tidak akan bisa membunuhmu} maka pergilah kami berdua dgn membawa ayat-ayat kami ; sesungguhnya kami bersamamu mendengarkan maka datanglah kamu berdua kepada Firaun dan katakanlah olehmu ‘Sesungguhnya kami adl rasul Tuhan semesta alam lepaskanlah Bani Israil beserta kami.’ Firaun menjawab ‘Bukankah kami telah mengasuhmu di antara kami waktu kamu masih kanak-kanak dan kamu tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu. Dan kamu telah berbuat sesuatu perbuatan yg kamu lakukan itu dan kamu termasuk golongan orang-orang yg tidak membalas guna.’ Berkata Musa ‘Aku telah melakukannya sedang aku di waktu itu termasuk orang-orang yg khilaf. Lalu aku lari meninggalkan kamu ketika aku takut kepadamu kemudian Tuhanku memberikan kepadaku ilmu serta Dia menjadikanku salah seorang di antara rasul-rasul. Budi yg kamu limpahkan kepadaku itu adl kamu telah memperbudak Bani Israil.’ Firaun bertanya ‘Siapa Tuhan semesta alam itu?’ Musa menjawab ‘Tuhan Pencipta langit dan bumi dan apa-apa yg di antara keduanya jika kamu sekalian mempercayainya’. .

Sumber Studi Ilmu-Ilmu Quran terjemahan dari Mabaahits fii ‘Uluumil Quraan Manna’ Khaliil al-Qattaan

kajian hadits